Mengenal Lebih Dalam Sejarah Seni Tarawangsa Rancakalong di Sumedang

- 2 Maret 2024, 18:11 WIB
Momen Sandiaga Salahuddin Uno, sedang menari mengiringi alunan musik Tarawangsa di Sumedang.
Momen Sandiaga Salahuddin Uno, sedang menari mengiringi alunan musik Tarawangsa di Sumedang. /kabar-sumedang.com/Taufik Rohman /

Sebagaimana dikisahkan dalam buku tersebut, lamanya bencana kekeringan kala itu, membuat warga Rancakalong banyak yang mengalami kelaparan.

Untuk mengantisipasi bencana tersebut, saat itu warga pun mencoba untuk menamam hanjeli sebagai tanaman alternatif pengganti padi. 

Baca Juga: Mitos Tentang Gunung Kunci di Sumedang, Benarkah Sepasang Kekasih Tidak Boleh ke Sana?

Tanaman hanjeli ini, memang cukup berhasil, namun sayang keberhasilan itu justru malah menimbulkan petaka. Di mana, menurut cerita, pada saat warga di sana sukses bertani hanjeli, tiba-tiba dikisahkan ada seorang anak yang terperosok ke dalam tumpukan hanjeli di sebuah tempat penggilingan hingga anak tersebut meninggal dunia.

Sejak adanya kejadian tersebut, masyarakat akhirnya berubah pikiran dan berniat kembali menanam padi sebagai makanan pokok mereka. 

Namun yang jadi persoalan, pada saat itu masyarakat di Rancakalong Sumedang justru mengalami kesulitan untuk mendapatkan benih padi yang berkualitas baik.

Baca Juga: Menelisik Benteng Peninggalan Hindia Belanda di Gunung Palasari Sumedang

Untuk mencari solusi dari masalah tersebut, masyarakat di Rancakalong akhirnya mengadakan musyawarah, hingga munculah ide untuk mencari benih padi ke Mataram.

Seusai hasil kesepakatan dalam musyawarah, masyarakat di Rancakalong, akhirnya mengutus sejumlah warganya untuk ditugaskan mencari benih padi ke Mataram.

Singkat cerita, para utusan tersebut berhasil mendapatkan benih padi. Dan menurut sebuah versi, benih padi yang diperoleh para utusan itu konon didapat dari hasil mencuri.

Halaman:

Editor: Taufik Rochman (Kabar Priangan)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah